BPost Cetak

In Memoriam Penulis Kamus Bahasa Banjar, Abdul Djebar Batal Lanjutkan Karya

Melahirkan banyak karya tulis semasa mudanya, termasuk Kamus Bahasa Banjar, Prof Dr H Abdul Djebar Hapip, MA, Rabu (19/6)tutup usia

Penulis: Ahmad Rizky Abdul Gani | Editor: Hari Widodo
Capture BPost Cetak
Penulis kamus bahasa banjar tutup usia 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Melahirkan banyak karya tulis semasa mudanya, termasuk Kamus Bahasa Banjar, Prof Dr H Abdul Djebar Hapip, MA, Rabu (19/6) menghembuskan napas terakhirnya pukul 01.20 Wita.

Mantan Kepala Universitas Terbuka (UT) itu juga meninggalkan satu istri dan tiga putri untuk selama-lamanya dalam usia 84 tahun.

Lahir di Banjarmasin 13 September 1935 silam, tak hanya kamus, berbagai karya hingga buku cerita anak-anak pun pernah ia karang.

Buku tersebut memiliki keistimewaan bila dibanding buku cerita anak lainnya, karena buku itu ia tulis menggunakan bahasa Banjar.

Meski tidak disebarluaskan ke publik, menurut putri sulungnya, Reni Azzima buku itu sangatlah familiar di tengah keluarga dan kerabat mereka.

Baca: Si Palui: Burung Hantu

Baca: Penyembuhan LGBT Secara Psikologis

Baca: Kelebihan Jualan Online, Hj Yani Apriana : Barang Tak Dicoba dan Tak Ada Tawar Menawar Harga

Baca: Peringatan Zona Merah

“Buku itu semacam cerita-cerita pendek anak-anak. Cuman ditulis berbahasa Banjar. Kalau tidak salah sih, memang tidak disebarluaskan.

Tapi kami, anak-anak dan cucu-cucu Babah, sering diberikannya untuk membaca itu,” ungkap Reni, putri sulung Abdul Djebar Hapip itu.

Bahkan di era 90-an atau tepatnya 1993 silam, saat Pemprov Kalsel menjadikan Bahasa Banjar sebagai salah satu materi muatan lokal untuk diajarkan di SD dan SMP, kamusnya pun sempat menjadi rujukan.

Abdul Djebar Hapip sempat ingin melanjutkan karya tulis mega proyeknya yang kedua yakni Kamus Berbahasa Indonesia ke bahasa Banjar. Namun niatannya justru terganjal, saat kediaman Abdul Djebar dibobol maling.

Padahal laptop menjadi hartanya yang sangat berharga karena menyimpan berbagai data dan dokumen termasuk proyek pembuatan kamus Bahasa Indonesia ke Banjar.

Seiring itulah, menurut Reni, anak sulung Abdul Djebar, ayahnya pun putus asa. Abdul Djebar juga tidak lagi melanjutkan mega proyek tersebut hingga akhirnya mangkrak hingga sekarang.

“Lupa saya kapan kejadiannya. Tapi yang jelas Babah menulis kamus itu waktu saya masih remaja atau duduk di bangku kuliahan gitu,” ujar perempuan berusia 53 tahun tersebut.

Meskipun demikian, Abdul Djebar tambah Reni lagi tak pernah berhenti membaca buku meskipun di usia lanjut.

Bahkan demi mengisi kekosongan seiring pensiun, ayahnya juga kerap masih membeli dan membaca buku serta koran.

Baca: Takut dengan Dua Sosok ini, Narapidana di Rutan Jembrana Bali Makan Kotorannya Sendiri

Baca: Saksi Prabowo-Sandi Mengaku Diintimidasi Setelah Rekam KPPS Coblos 15 Surat Suara dan Viral

“Babah cita-citanya memang pengen seperti itu ketika pensiun. Termasuk menulis, Babah juga masih sangat senang. Meskipun beberapa waktu saat itu harta berharga beliau, laptop kemalingan,” ujarnya.

Mengenai sosok ayaahnya, Reni mengatakan Babah enggak banyak omong.

"Ketika menasihati anak-anak pun beliau langsung memberi contoh, bukan dengan kata-kata. Misalnya soal disiplin, ketaatan dan hal positif lainnya. Sehingga sampai sekarang kami pun mengikuti style beliau,” ungkapnya.

Dikebumikan di pemakaman Guntung Loa, ratusan pelayat hadir dalam pemakaman guru besar di Kampus Universitas Lambung Mangkurat. Tak terkecuali Rektor ULM Banjarmasin, Prof Dr Sutarto Hadi. (abdul ghani)

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    AA
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2024 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved